Keraton Yogyakarta, Mozaik Sejarah di Istana Sang Raja

Berdiri megah di jantung kota, Keraton Yogyakarta menjadi detak yang memberikan ruh pada kota budaya ini. Istana ini merupakan bukti bahwa budaya dan tradisi yang masih dihidupi akan mampu bersinergi dengan laju modernisasi. Pengabdian yang tulus dan cinta yang besar adalah kunci dari semuanya.
Sekilas Tentang Keraton Yogyakarta
Kemerisik daun sawo kecik yang menari tertiup angin menyambut kedatangan saya di Keraton Yogyakarta.
Lamat-lamat terdengar suara gamelan yang mengalun pelan dari Bangsal Sri Manganti.
Di sisi lain para abdi dalem terlihat bercengkerama bersama rekannya dan beberapa diantaranya lalu lalang di halaman istana tanpa alas kaki.
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini terletak tepat di jantung kota, melintang di antara dua aliran sungai, Code dan Winongo. Dipilihnya lokasi ini sebagai tempat berdirinya istana karena keberadaan dua sungai tersebut bisa menjadi benteng pertahanan alami.
Selain itu bisa terlindung dari kemungkinan banjir. Keraton Jogja ini dirancang oleh Pangeran Mangkubumi pada tahun 1775, tak lama sesudah penandatanganan Perjanjian Giyanti.
Selain keberadaannya sebagai pusat Kerajaan Mataram, Keraton Yogyakarta juga memiliki peranan penting dalam sejarah kedaulatan Republik Indonesia.
Ketika Belanda membonceng Sekutu untuk menjajah lagi, ibukota RI dipindahkan ke Yogyakarta pada 4 Januari 1946 atas jaminan Sri Sultan HB IX.
Keraton Yogyakarta juga turut berjuang bersama-sama untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia. Oleh karena itu, hingga saat ini Yogyakarta menyandang gelar Daerah Istimewa.
Menyusuri istana yang masih difungsikan sebagai tempat tinggal raja dan keluarganya hingga kini akan menjadi perjalanan yang menyenangkan dan sarat pengetahuan.
Kompleks Keraton Yogyakarta terbagi menjadi dua bagian, yakni bagian yang boleh dikunjungi wisatawan serta bagian yang tertutup karena menjadi pusat kegiatan keluarga kerajaan.

Beberapa bagian yang tidak boleh dimasuki oleh pengunjung antara lain Gedhong Jene (tempat untuk menyambut tamu kerajaan), Gedhong Purworetno (ruang kerja Sultan sebagai Raja Yogyakarta), Bangsal Kencana, Bangsal Trajumas, serta Kaputren.
Meski begitu kamu tak perlu khawatir, ada banyak bagian lain yang bisa kamu sambangi dan eksplorasi.
Selain bangunan-bangunan megah berupa pendopo atau yang juga disebut dengan bangsal, kamu bisa mengunjungi museum benda bersejarah di Keraton Yogyakarta.
Ada koleksi peralatan makan hadiah dari negara kerabat, aneka kain batik beserta sejarah pembuatannya, koleksi kursi Sri Sultan HB VIII dan permaisuri, serta koleksi lukisan.
Salah satu lukisan yang jangan sampai dilewatkan adalah lukisan potret diri Sri Sultan HB VI karya maestro Raden Saleh.
Melangkah ke bagian ujung, kamu akan menjumpai sebuah bangunan yang memaparkan secara lengkap informasi, dokumentasi, serta memorabilia Sri Sultan HB IX.
Di bangunan ini terdapat beragam pakaian seperti pakaian resmi kerajaan, pakaian yang dieknakan saat supitan. Pakaian berkuda dan sepakbola, seragam Pandu, meja kerja, lencana tanda jasa, ijazah, hingga koleksi kamera lawas milik Sri Sultan.
Mengunjungi Keraton Yogyakarta akan menjadi perjalanan yang menyenangkan. Sebelum berkunjung jangan lupa untuk menyiapkan kamera, sebab di istana ini ada banyak spot bagus yang bisa digunakan untuk berfoto.
Kalau kamu suka melakukan sel ffoot, di Keraton Yogyakarta ada banyak tegel kunci yang indah untuk dijadikan background foto yang instagramable.
Tapi berhubung ini merupakan tempat tinggal sang raja, maka kamu harus menjaga sikap dan perilaku saat bertandang ke Keraton Jogja. Pastikan juga memakai pakaian yang sopan.

Aktivitas yang Bisa Dilakukan di Keraton Yogyakarta
1. Tour de Museum
Di dalam kompleks Keraton Yogyakarta terdapat beberapa museum dan ruang penyimpanan benda-benda bersejarah baik benda-benda milik raja dan keluarganya maupun benda-benda hadiah dari kerabat.
Kamu bisa menyaksikan semuanya dengan cara memasuki ruang demi ruang. Yang paling menarik adalah museum batik dimana kamu bisa melihat koleksi batik klasik yang sudah berusia ratusan tahun, alat-alat pembuat batik, aneka tanaman yang biasa difungsikan sebagai pewarna alami, hingga sumur kuno yang didalamnya terdapat banyak uang logam maupun kertas.
Selain itu ada deretan tempat penyimpanan keramik dan barang pecah belah, pakaian adat yang biasa dikenakan abdi dalem maupun keluarga raja, koleksi lukisan, hingga benda-benda bersejarah milik Sri Sultan HB X.
Pastikan kamu memasuki semua bangunan-bangunan tersebut supaya tidak melewatkan satupun koleksi yang ada.
2. Melihat Pertunjukan Seni
Di dalam kompleks Keraton Yogyakarta terdapat sebuah pendopo besar yang bernama Bangsal Sri Manganti. Setiap harinya di bangsal tersebut dilangsungkan pertunjukan seni yang bisa kamu tonton secara gratis.
Pertunjukan biasanya dilangsungkan mulai pukul 09.00 atau pukul 10.00 WIB, namun khusus hari Minggu akan dilangsungkan pukul 11.00 WIB.
Pertunjukannya pun berganti-ganti setiap hari mulai dari nembang macapatan, tari tradisional, wayang golek, wayang kulit, dan gamelan.
Menyaksikan pertunjukan seni di bawah semilir angin yang menerpa daun pohon sawo kecik akan menjadi pengalaman estetis yang tak terlupa.
3. Berbincang dengan Abdi Dalem
Ingin tahu lebih banyak tentang seluk beluk Keraton Yogyakarta? Dekatilah salah satu abdi dalem yang ada lantas ajaklah berbincang. Dengan senang hati para abdi dalem tersebut akan menuturkan kisah-kisah menarik yang terkadang belum pernah kamu baca dari sumber manapun.
Berbincang dengan abdi dalem yang rata-rata sudah sepuh itu akan memberimu banyak pelajaran hidup. Biasanya mereka juga tak segan berkisah tentang kehidupan dan suka duka menjadi abdi dalem.
Jika kamu seorang penulis atau blogger, berbincang dengan para pelayan ini akan menjadi materi tulisan yang menarik. Percayalah!
4. Melihat Jemparingan
Jemparingan berasal dari bahasa jawa jemparing yang artinya panah, jadi jemparingan adalah seni memanah.
Pada jaman dulu jemparingan adalah kegiatan memanah yang diikuti oleh para prajurit Keraton Yogyakarta, namun saat ini jemparingan menjadi ajang perlombaan yang bisa diikuti siapa pun.
Yang unik dari tradisi jemparingan adalah para pemanahnya wajib mengenakan pakaian adat Jawa, selain itu mereka memanah sambil bersila dan tidak berdiri.
Untuk menyaksikan pertunjukan yang seru ini kamu bisa datang setiap hari Selasa Wage (kalender Jawa) di Lapangan Kemandungan atau tepatnya di sebelah utara Gedung Sasana Hinggil Alun-alun Selatan.
Jemparingan biasa dilaksanakan sore hari di atas pukul 14.00 WIB.
5. Menyaksikan Upacara Adat
Sebagai pusat penjaga nyala budaya Jawa, tentu saja Keraton Yogyakarta masih sering mengadakan berbagai ritual dan upacara adat. Selain memiliki nilai filosofis yang tinggi, rangkaian upacara adat tersebut sangat menarik untuk diikuti.
Upacara-upacara tersebut ada yang dilangsungkan di kompleks Keraton Yogyakarta, ada pula yang dilaksanakan di tempat-tempat sakral lain seperti Gunung Merapi maupun Pantai Parangkusumo.
Beberapa upacara adat yang rutin dilaksanakan di kompleks Keraton Yogyakarta antara lain Miyos Gongso, Tapa Bisu Mubeng Beteng (tiap malam 1 sura), Sekaten, Grebeg, dan masih banyak lagi.
Kamu pun bisa berperan serta dalam upacara grebeg dengan ikut berebut gunungan di halaman Masjid Agung.

Harga Tiket dan Jam Buka Keraton Yogyakarta
- Wisatawan lokal: Rp 5.000
- Wisatawan asing: Rp 15.000
- Jam buka: Senin – Minggu pukul 09.00 – 14.00 WIB
Lokasi dan Akses Keraton Yogyakarta
Keraton Yogyakarta terletak tepat di jantung kota budaya, tepatnya di Jl. Rotowijayan 1, Kecamatan Keraton, Kota Yogyakarta, Yogyakarta. Istana raja ini dikelilingi oleh benteng pertahanan, karena itu banyak orang menyebut wilayah keraton Jogja dengan istilah njeron beteng.
Di Keraton Jogja terdapat dua loket wisata, yakni loket di bagian depan (tepas keprajuritan) serta loket di bagian tengah (tepas wisata). Loket tepas keprajuritan terletak di dekat Alun-alun Utara atau tempat yang biasa digunakan untuk perayaan sekaten.
Jika kamu masuk melalui pintu keprajuritan, kamu hanya bisa mengakses bagian depan (Bangsal Pagelaran) yang berisikan perlengkapan prajurit Keraton Yogyakarta, dokumentasi dalam bentuk foto maupun gambar, serta beberapa kereta.
Namun jika kamu ingin melihat koleksi yang jauh lebih lengkap, sebaiknya kamu masuk melalui tepas wisata yang terletak di bagian tengah dekat dengan kantor kecamatan Keraton. Dari Malioboro kamu cukup berjalan lurus ke arah selatan, maka kamu akan tiba di kompleks keraton. Jika malas jalan kaki kamu bisa naik andong atau becak.
Jadwal Pertunjukan Seni di Keraton Yogyakarta
- Senin: Gamelan (pukul 10.00 – 12.00 WIB)
- Selasa: Gamelan (pukul 10.00 – 12.00 WIB)
- Rabu: Wayang golek (pukul 09.00 – 12.00 WIB)
- Kamis: Gamelan dan tari tradisional (pukul 10.00 – 12.00 WIB)
- Jumat: Tembang macapatan (pukul 10.00 – 11.30 WIB)
- Sabtu: Wayang kulit (pukul 09.00 – 13.00 WIB)
- Minggu: Tari tradisional (pukul 11.00 – 12.00 WIB)
Tempat Wisata dan Lokasi Asyik di Sekitar Keraton Yogyakarta
1. Taman Sari
Tamansari merupakan kastil di tengah danau yang digunakan sebagai tempat tetirah sang raja beserta permaisurinya di masa lampau. Meski kini bentuknya sudah jauh berubah, reruntuhan Tamansari tetap memancarkan pesona yang sayang dilewatkan.
Di tempat ini kamu bisa menyaksikan arsitektur bangunan yang indah serta menyusuri lorong-lorong gelap nan artistik sekaligus eksotik.
2. Museum Kereta Keraton
Terletak di Jalan Rotowijayan, Museum Kereta ini menyimpan koleksi kereta kuda milik Keraton Yogyakarta. Ada 22 kereta yang bisa kamu saksikan di museum ini.
Beberapa diantaranya masih digunakan dalam upacara-upacara kebesaran keraton. Salah satu koleksi yang diperlakukan secara khusus adalah kereta Nyai Jimat.
3. Museum Sonobudoyo
Museum Sonobudoyo terletak di depan alun-alun Utara Keraton Yogyakarta. Museum ini memiliki puluhan ribu koleksi warisan budaya Indonesia.
Di tempat ini kamu bisa mempelajari tentang sejarah dan kebudayaan Jawa. Museum Sonobudoyo buka tiap hari Selasa – Minggu mulai pukul 08.00 WIB.
4. Malioboro
Ruas jalan yang melintang dari utara ke selatan ini merupakan detak jantung perekonomian sekaligus denyut nadi pariwisata Yogyakarta. Boleh dibilang jalan Malioboro adalah jujugan utama para pelancong yang singgah ke kota budaya ini.
Di Malioboro kamu bisa merasakan Jogja yang seutuhnya. Di tempat ini pula kamu bisa belanja sepuasnya, menyusuri jalan penuh kenangan menggunakan andong, mencicipi aneka kuliner yang menggoda, atau hanya sekadar duduk santai di kursi-kursi beton yang ada di sisi jalan. Menikmati Malioboro bisa dilakukan dengan beragam cara dan gaya.
5. Alun – Alun Kidul
Alun-alun Kidul menawarkan pesona Jogja di malam hari yang riuh sekaligus syahdu. Di tempat ini kamu bisa menikmati malam bersama kawan sembari duduk lesehan di bawah taburan gemintang.
Sego kucing, gorengan, sate usus, sate telur puyuh, atau wedang ronde akan menjadi pengisi perut yang sempurna. Di Alun-alun Kidul kamu juga bisa mencoba permainan masangin alias berjalan kaki melintasi 2 beringin dengan mata tertutup.
Supaya semakin kekinian, kamu juga wajib naik sepeda tandem atau odong-odong yang dipenuhi kerlip lampu mengitari alun-alun.
6. Plaza Ngasem
Sebelum berubah menjadi Plaza Ngasem, tempat ini dulunya merupakan pasar hewan Ngasem yang sangat legendaries. Setelah pasar hewan dipindah ke Jalan Bantul, tempat ini direnovasi sehingga memiliki penampilan yang ciamik.
Di Plaza Ngasem terdapat ampiteater yang kerap dijadikan sebagai tempat pameran maupun pertunjukan.
Duduk menikmati angin sepoi-sepoi dan merasakan denyut kota Jogja di kawasan Plaza Ngasem akan menjadi pengalaman yang seru.







wah bagus yah tempatnya..sangat menarik.
Iya kak. Sangat menarik sekali Keraton Yogyakarta kak.
bagus sekali..
Terima kasih ya sudah mampir ke artikel yang membahas tentang Keraton Yogyakarta ini. 🙂